Astagfirullohal adzim… Maaf Pak Polisi…

Astagfirullah

Astagfirullah

4 Mei 2012. Jumat sore, sepulang jam kantor saya harus segera menjemput keluarga di Jakarta Barat.

Keluar kantor hatiku cemas karena aturan waktu 3in1 baru saja masuk dan saya harus melewati perempatan kuningan-gatsu yang saya tahu selalu ada polisi sweeping di jam-jam ini.

Kucoba tuk menenangkan diri dengan doa pagi sore dan zikir lainnya berharap Alloh mempermudah jalanku.

Namun hatiku menjadi kecut ketika kulihat 2 orang polisi sedang mengecek setiap mobil yang memutar ke arah semanggi seperti yang akan saya lakukan.

Kutarik nafas dalam2 serta terus berdoa dan zikir. Pedal gas kuinjak agak dalam mencepatkan laju mobil agar segera melalui 2 orang polisi itu. Namun seorang polisi memalangkan tangannya yang memegang “tongkat tukang parkir yg berwarna merah” di kaca depanku dan menemukan kalau saya the-one-and-only di mobil. Dia lalu memberika isyarat agar aku menepi.

“Wah, ketangkap deh”, hatiku kecut.

Tiba-tiba terbersit dipikiranku untuk membesarkan volume radio rodja yang waktu itu menemani perjalananku. Suara ceramah agama terdengar keras dari dalam mobil.

“Sore pak, anda tau ini area 3 in 1?” katanya sambil tersenyum penuh arti

“Astagfirullohal adzim… Maaf pak saya harus menjemput teman saya” Jelasku.

“Jadi gimana dong enaknya?” senyumnya mengisyaratkan ‘perdamaian’

“Astagfirullohal adzim… mohon maaf pak Latif, Astagfirullohal adzim…” Saya tahu namanya setelah melirik name-tag di seragamnya.

“Bapak punya kesempatan untuk mengikuti sidang gak?” katanya mencoba menakuti.

“Astagfirullohal adzim… mohon maaf pak Latif, Astagfirullohal adzim…” Saya kembali menyebut namanya dan beberapakali istigfar…

“Mm… ok kali ini saya maafkan, tapi jangan diulangi pak ya?” Dia lalu tersenyum, tapi kali ini tampaknya ikhlas.

“Terimakasih pak, semoga Allah paring Barokah”. kataku girang.

“Alhamdulillaah”, hatiku bersorak gembira.
Tanpa pikir panjang langsung kugenjot gas dan melaju menuju pintu tol.

Saya tidak tahu apakah ceramah di radio, baju koko yg kupakai, jenggot yg tumbuh di daguku, istighfar yg kuucapkan, ataukah namanya yg kusebut berulang kali yang mengilhaminya untuk “melepaskanku”.

Satu yang saya yakini, Alloh subhanahu wa ta’ala telah menolongku.

Alhamdulillaah…

Leave a comment